Homepage Isi Blog Contact Me

Kamis, 21 Juni 2012

Why Black (part III)

Matahari terlihat terbit dari ufuk timur..
pagi itu begitu cerah..
terasa angin laut yang mengibarkan daun-daun nyiur tepi pantai.
sinar mentari membuat pasir putih itu menjadi seperti butiran emas

Jam sudah menunjukkan pukul  06:30 pagi.
Andes sudah bersiap untuk berangkat ke sekolah.
dia berjalan melenggang meski tanpa sepatu.
ia begitu semangat akan bertemu teman-teman barunya.


Karna hidup dalam kemiskinan, Vulkanisol dan Dienza pun tak mampu untuk membelikan anaknya sepasang sepatu, buku dan peralatan belajar untuk bersekolah
keadaan seperti itu tak membuat Andes patah semangat
dengan sarapan roti kering dia berjalan kaki menuju sekolah. 

sungai jernih mengalir indah..
daun-daun yang berguguran seakan tak dapat menodai kejernihannya..
ikan-ikan pun tampak dengan bangga hidup di dalamnya..

andes tergoda dengan kejernihannya.
hmm.. sungai nya begitu indah, dan aku masih sempat untuk berenang,"seru andes dalam hati.
dia membuka pakaian nya satu persatu, setelah itu dia menceburkan diri ke dalam sungai.
dengan ceria dia berenang kesana kemari,
setelah beberapa menit ia segera naik dan memakai seluruh pakaiannya,
dan melanjutkan perjalanannya ke sekolah.

kali ini dia setengah berlari, sekolah masih jauh dan ia akan terlambat.
dia tlah melewati pinggiran sungai. sekolah masih beberapa meter lagi.
keringat sudah membasahi seragam sekolahnya.
dan tiba-tiba.

ADUH !
Andes tersungkur di tanah, dia meringis kesakitan.
pecahan kaca tlah merobek telapak kakinya.
darah segar mengalir,
ia segera menutup luka kakinya dengan daun dan mengikatnya dengan akar pohon.
Andes mencoba berdiri dan melanjutkan perjalanan.

Dari kejauhan sudah terlihat sebuah rumah kecil yang bertuliskan.
Sekolah Pelita
Andes berjuang menuju sekolah itu dengan berjalan pincang.
dia sudah  tidak perduli dengan sakit dan bajunya yang kotor karna jatuh.

sesampai di depan kelas, dia mengetuk pintu .
tok..tok..tok!
maaf kan saya terlambat."seru andes seraya membungkukkan badannya
silahkan masuk."terdengar suara seorang wanita.
wanita itu menghampirinya dan menatap keadaan andes yang lusuh dan kotor.

kenapa kau terlambat  dan bajumu kenapa kotor?"kata wanita itu.
maaf bu.. saya terjatuh ketika berjalan kemari."kata andes
ya sudah.. silahkan masuk" kata dia sambil tersenyum
nama ku Puspa Bandteth, aku guru disini."wanita itu berkata lagi.
salam hormat bu Puspa "andes membungkukkan tubuhnya
ayo sini perkenalkan dirimu kepada teman-teman barumu."Puspa menyuruhnya untuk memperkenalkan diri


Andes: Woooiyoooo semua.. Nama saya Andes Goldbeck, saya tinggal di pesisir pantai

Andes mendoba ramah terhadap mereka, namun keadaan tidak seperti yang diinginkannya.
Ia tidak di sambut dengan hangat oleh teman-temannya.
tiba-tiba ada yang nyeletuk di belakang.
"Wah.. itu orang apa dakocan ya.. item banget"
meledak lah tawa seisi kelas.

Puspa mencoba meredam riuh nya kelas.

Ok.. ini teman baru kalian.. kira-kira siapa yang mau duduk bersebelahan sama andes."seru Puspa
tak ada jawaban dari murid-murid yang lain.

Kalian tidak senang mempunyai teman baru?"kata Puspa lagi.

masih tak ada jawaban atau respon dari teman-teman kelas. Andes tertunduk sedih.

hmmm... Andes Silahkan duduk di sebelah Wendi."Puspa menghibur Andes

Andes berjalan pelan menuju melewati meja-meja.
matanya  menyusuri setiap wajah-wajah murid yang ada di kelas.Mata-mata itu memancarkan ketidak sukaan terhadap dirinya, namun dia mencoba sabar dan tersenyum.
hingga sampai lah dia di kursinya.
Andes: hai .. salam kenal..
Wendi : hmmm ..

Wendi adalah murid yang bengal, dia selalu di panggil kepala sekolah karna sering berkelahi dan memeras uang teman-teman.
Wendi: lo punya duit gak?
Andes: tidak ada Wen.
Wendi: ntar pulang sekolah lo ikut gue ya.
Andes: kemana?
Wendi: ikut aja .

Waktu terus berlalu, Andes menyimak pelajaran dengan seksama.
Begitu semangat dia menjalani pelajaran-perlajarannya.

Teng teng...
Lonceng istirahat berbunyi.
semua murid berlari keluar.
Tinggal Andes seorang diri di kelas, masih sibuk dengan catatan-catatan pelajaran yang tlah dia lewati tadi.
beberapa menit kemudian dia merasa lapar, maka dia keluar dari kelas.
dia melihat teman-temannya bercanda gurau dan bermain.
 andes mendekati mereka..
Andes : hai.. boleh ikutan.
Teman: siapa loe.
Andes: namaku Andes
Teman: lo ga liat di sini manusia.. sana temenan ama sejenis lo!


Andes terdiam dan sedih, dia memutar tubuhnya dan berjalan menjauhi mereka, setelah beberapa langkah dia menoleh kebelakang, mereka kembali bersenda gurau tanpa memperhatikannya.
dan iapun duduk di bawah pohon beringin yang rindang.
tiba-tiba.,
PLAK!
seseorang memukul kepalanya.
Wendi: hei bro !
Andes: kamu Wen. (sambil meringis)
Wendi: gue lupa tadi nama lo.. siapa? Anus ya?
Andes: Andes namaku..
Wendi: kirain anus.. muka lo kek pantat panci soalnya..
Andes hanya diam menerima hinaan-hinaan dari teman-temannya.

Wendi: ohya.. jangan lupa ntar pulang lo ikut gue
Andes: iya..

Teng-teng...
Lonceng tanda masuk berbunyi..
semua anak mendadak lesu dan berjalan pelan memasuki kelas.Berbeda dengan Andes, dia begitu gembira lonceng itu berbunyi, hanya pelajaran lah yang menemani nya.

Jam sudah menunjukkan pukul 12:00
Matahari bersinar terik, hingga hawa panasnya memasuki ruangan kelas.
bermacam ekspresi yang di keluarkan para murid di saat jam itu
ada yang menyimak dengan benar
ada yang tidur di meja
ada yang ngupil
ada yang lemparan-lemparan kertas
ada yang menggambar
ada yang ngunyah-ngunyah kertas (loh!)

To be continued..


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar