Homepage Isi Blog Contact Me

Selasa, 28 Mei 2013

Morran 1



Jourdaz

Sebuah pulau kecil di perairan Hindia, dedaunan pohon melambai mengiringi angin yang bertiup dari arah laut, batangnya berdiri kokoh dengan gagah di hamparan pasir putih, buah-buah segar bergantungan pada setiap batangnya. Laut yang membentang luas menjadi beranda kesempurnaan hutan lebat di jantung pulau yang dikelilinginya. Burung-burung camar terbang bergerombolan, menunggu santapan yang muncul dari dalam laut.
Selang beberapa waktu, tak jauh dari pulau, sebuah kapal melaju memecah ketenangan laut. Kapal itu melaju terus ke arah pulau, hingga kapal itu berhenti tepat di perairan tepi pantai. Salah satu awak kapal melemparkan jangkar dan beberapa awak lainnya menurunkan dua buah sekoci. Setelah mempersiapkan keperluan seperti peralatan dan beberapa senjata untuk berjaga-jaga, seorang wanita cantik dan diikuti oleh beberapa orang dibelakangnya turun ke sekoci dan mulai mendayung kearah pantai.Wanita itu mengenakan topi dan kaca mata hitam. Ia bernama Marrie Davina, seorang dokter terkenal di kota besar. Suaminya adalah seorang tentara yang meninggal diwaktu mendapat tugas militer ke sebuah negara yang tengah konflik. Semenjak ditinggal mati oleh suaminya, Marrie bekerja keras demi mempertahankan perekonomian keluarga.

“Bard!”teriak Marrie dari atas sekoci.
Keluar seorang pria dalam kapal, dengan perawakan gendut dan jambang yang hampir memenuhi mukanya.
“Ya nyonya"jawab Bard.
“Tolong jaga Maggie, jangan biarkan dia keluar dari kapal"Marrie memberi perintah dengan menunjuk kearah kapal.
“baik nyonya."jawab Bard.

Bard adalah orang yang sangat di percaya oleh suami Marrie. Hampir dua belas tahun pria tua ini menjadi pelayan suaminya, membantu urusan rumah dan beberapa hal. Namun, semenjak suami Marrie meninggal, Bard ditugaskan Marrie untuk menjaga Maggie.
Marrie tidak bisa meninggalkan Maggie sendirian dirumah, ia mengajak Bard untuk menemani Maggie dikapal.Maggie adalah putri satu-satunya Marrie, seorang gadis kecil pendiam yang berumur sebelas tahun, ia terlahir dengan paras yang mirip dengan ibunya. Semenjak ayahnya meninggal, Maggie selalu ingin menemani ibunya setiap saat, menghabiskan waktu dirumah dengan tidak bergaul dengan teman-temannya.
Marrie ingin meneliti tumbuh-tumbuhan untuk dijadikannya obat-obatan. Ketika ia sedang bingung untuk memilih lokasi penelitian, asistennya memberikan penawaran sebuah pulau yang katanya belum pernah di singgahi oleh siapapun. Marrie menyetujui penawaran asistennya tanpa alasan apapun, karna ia memang sangat ingin meneliti tumbuhan baru untuk dijadikannya bahan obat-obatan.
Angin bertiup kencang, deburan ombak yang menghantam membuat sekoci bergoyang kuat. Marrie memandang rimba yang sudah ada di depan matanya.

“kenapa pulau ini tidak pernah didatangi oleh para-para penjelajah?”tanya Marrie
“konon pulau ini ada monsternya nyonya”kata pemimpin kelompok yang disewa Marrie untuk menjaga ekspedisi ini.
“monster? Aku tidak percaya dengan hal seperti itu, monster adanya didongeng-dongeng”balas Marrie.
“jangan sombong nyonya hahaha”pria itu tertawa dengan keras dan menenggak minuman yang selalu dibawanya setiap berpetualang.
“bukankah pulau ini terlihat sangat indah?”Marrie memandang pulau hijau di depan matanya.
“sama seperti nyonya, sangat cantik, tapi berbahaya, hahahaha”katanya dengan disusul anak buahnya yang  ikut tertawa.
“hati-hati kalau berbicara!”bentak Marrie.
“wow, galak! Kau dibentaknya bos,  Hahaha”kata salah satu anak buahnya.
“Lebih dari sepuluh tahun aku berlayar, tidak pernah wanita cantik seperti nyonya diatas kapalku, aku tersanjung”katanya mencoba sopan dengan menundukkan kepalanya.
“apa kau pernah ke pulau ini?”tanya Marrie tanpa memperdulikan ucapan pria itu.
“banyak pulau yang telah aku kunjungi, dan tidak semuanya bisa kuingat, namun pulau ini sepertinya belum”katanya sambil menenggak habis minumannya.
“sepertinya kau mabuk?”kata Marrie.
“hahaha, tidak nyonya, aku masih mampu menghabiskan lima barrel minuman tanpa mabuk, apalagi hanya satu botol ini,”seraya melempar botol kedalam laut.
“kau terlalu banyak bicara”ujar Marrie.
“tenang nyonya, tidak perlu tegang”balasnya.
“bagaimana aku bisa tenang dengan sikapmu seperti itu!”Marrie mulai terlihat kesal.
“aku menganggap ini adalah liburan dengan wanita cantik seperti nyonya, hahaha”katanya dengan bangga.

Marrie tidak lagi menjawab ocehan pria itu, ia sudah sangat kesal dengan sikap tidak sopannya.
Pria itu bernama Jack, yang ia temui di pelabuhan tiga hari yang lalu, ketika ia hendak berlayar, pria ini mendekatinya dan memberikan satu penawaran untuk menjadi pengawalnya. Sejak awal Marrie sebenarnya sudah tidak menyukai pria itu, tampangnya sangar dengan bekas luka di wajahnya. Namun karna menurut orang-orang dipelabuhan Jack adalah orang yang biasa berlayar dan mempunyai beberapa anggota anak buah, akhirnya Marrie menyewa dia dan beberapa anak buahnya. Satu lagi yang Marrie tak suka dari Jack adalah pria yang suka minum alkohol.
Sekoci telah sampai di tepi pantai, beberapa anggota mendorong sekoci agar sampai di hamparan pasir. Beberapa awak kapal mengikatkan sekoci kesebuah batu karang yang besar agar tak terbawa arus.
“ini kah pulau yang kau maksud,Bob?"tanyanya sambil memandan hutan rimba itu.
“Benar nyonya, pulau ini bernama Jourdaz."jawabnya.
Sebelum turun Marrie membuka gaunnya. Kini  ia hanya memakai santai berwarna putih dan celana pendek, dengan memanggul tas ransel yang besar ia melangkah dan turun dari kapal. 

“hahaha betapa beruntungnya aku!”kata Jack sambil memandang ke tubuh Marrie.
“gaun itu hanya akan menghambat langkahku didalam hutan”sahut Marrie.
“periksa amunisi kalian, jangan dibuang untuk hal yang tidak perlu”kata Jack.
“apa kita akan mendirikan tenda dipantai ini dulu nyonya?”tanya Bob.
“tidak usah, kita langsung masuk kedalam”kata Marrie.
Marrie sengaja mengajak Bob dalam penelitian ini. Selain menjaganya, Bob juga merupakan asisten Marrie dalam setiap penelitian-penelitiannya.
Siang itu suasana pantai begitu panas, membuat kulit Marrie terlihat merah kepanasan. Setetes keringat mengalir dari pipinya. Ia segera melangkah masuk kedalam hutan untuk mengelakkan sengatan matahari yang terasa membakar kulitnya.

To be continued..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar